Liputanmadura.com (Sampang) Jawa Timur – Beberapa hari terakhir ini mengalami fenomena alam yang disebut bediding. Fenomena ini ditandai dengan suhu udara yang terasa sangat dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.
Kondisi ini dirasakan oleh warga Sampang, termasuk Sri Agustina yang merasakan hawa dingin menusuk menjelang salat subuh. “Saya biasa merasakan kondisi ini saat menjelang salat subuh,” ujarnya. Sabtu, 21/07/2025.
Bediding, menurut sejumlah sumber, merupakan istilah lokal untuk menggambarkan suhu udara yang sangat dingin di malam hari selama musim kemarau. Fenomena ini berbeda dengan cuaca dingin biasa, karena intensitasnya yang lebih terasa menusuk. Keunikan bediding ini membuat fenomena ini menjadi perbincangan hangat di kalangan warga Sampang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Para ahli meteorologi menjelaskan bahwa fenomena bediding terjadi karena beberapa faktor. Angin timuran dari Australia yang bersifat kering dan dingin memainkan peran penting. Langit cerah tanpa awan juga memungkinkan radiasi panas dari permukaan bumi menghilang dengan cepat di malam hari. Kelembaban udara yang rendah semakin memperparah kondisi ini.
Akibatnya, suhu udara di Sampang turun drastis pada malam hari. Perbedaan suhu yang signifikan antara siang dan malam hari ini menjadi ciri khas fenomena bediding. Warga diimbau untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan selama fenomena ini berlangsung.
Fenomena bediding diprediksi akan berlangsung hingga awal September 2025, seiring dengan puncak musim kemarau di wilayah tersebut. Pemerintah daerah setempat mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Masyarakat juga disarankan untuk mengenakan pakaian hangat di malam hari.(Md).
Penulis : Mohdi Alvaro
Editor : Admin LM
Sumber Berita: Liputanmadura